Bagaimana Sejarahnya Berdirinya Museum?
Sejarah Museum di Eropa
Pada masa gelap di Eropa, para bangsawan dan rohaniawan gereja sangat
antusias terhadap benda-benda kuno. Benda-benda ini berbentuk penulisan,
kronik, annal, dan hagiografi. Setelah rennaisance atau masa pencerahan, ilmu
pengetahuan berkembang pesat, sehingga muncullah keinginan para bangsawan untuk
mengumpulkan benda-benda antik. Perdagangan antar negara, khususnya dengan
negara-negara di luar Eropa, juga mengalami perkembangan. Para bangsawan
pengumpul benda-benda antik tersebut melengkapi koleksinya dari berbagai
negara.
Hal ini bertujuan untuk pamer kekayaan. Namun masalah yang muncul pada waktu itu mereka membutuhkan ruangan yang cukup luas untuk menyimpan koleksi-koleksi tersebut. Para bangsawan ini juga tidak mengetahui cara penyimpanan dan perawatan benda-benda antik tersebut sehingga sebagai jalan keluar, benda-benda antik koleksi para bangsawan ini diserahkan kepada lembaga yang mau menyimpan dan merawat benda-benda antik tersebut. Demikianlah awal dikenalnya tugas museum, yaitu sebagai lembaga yang merawat dan memamerkan benda-benda antik.
Kemudian muncullah galeri yang mengkhususkan diri untuk memamerkan karya-karya lukisan. Setelah melihat bahwa minat masyarakat untuk melihat koleksi benda-benda tersebut sangat besar, akhirnya semakin menjamur museum-museum lain untuk memamerkan koleksi benda-benda antik.
Hal ini bertujuan untuk pamer kekayaan. Namun masalah yang muncul pada waktu itu mereka membutuhkan ruangan yang cukup luas untuk menyimpan koleksi-koleksi tersebut. Para bangsawan ini juga tidak mengetahui cara penyimpanan dan perawatan benda-benda antik tersebut sehingga sebagai jalan keluar, benda-benda antik koleksi para bangsawan ini diserahkan kepada lembaga yang mau menyimpan dan merawat benda-benda antik tersebut. Demikianlah awal dikenalnya tugas museum, yaitu sebagai lembaga yang merawat dan memamerkan benda-benda antik.
Kemudian muncullah galeri yang mengkhususkan diri untuk memamerkan karya-karya lukisan. Setelah melihat bahwa minat masyarakat untuk melihat koleksi benda-benda tersebut sangat besar, akhirnya semakin menjamur museum-museum lain untuk memamerkan koleksi benda-benda antik.
Sejarah Museum di
Indonesia
Sejarah museum di Indonesia mengalami tiga periodesasi, yaitu:
Periode Belanda
Pada tanggal 14 April 1778 dibangun museum yang paling tua di Belanda,
yaitu Bataviaasch Genootschap von Kunsten en Westenschappen (Perkumpulan
Batavia untuk Memajukan Kesenian dan Ilmu Pengetahuan) di Jakarta. Museum ini
memiliki slogan "Ten nutten van het gemmen" yang berarti untuk
kepentingan umum. Museum ini berisi buku-buku dan benda-benda ilmu alam dan
sosial budaya.
Museum ini mengkhususkan pada bidang ilmu bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa Dengan beranggotakan tokoh-tokoh pemerintah, perbankan, dan perdagangan. Pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar. Sekitar tahun 1930-an Striching End Bataviaasch (Perkumpulan Belanda Kuno) mendirikanMuseum End Batavia (Museum Belanda Kuno), yang merupakan suatu museum.
Museum ini mengkhususkan pada bidang ilmu bahasa, ilmu bumi, dan ilmu bangsa-bangsa Dengan beranggotakan tokoh-tokoh pemerintah, perbankan, dan perdagangan. Pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar. Sekitar tahun 1930-an Striching End Bataviaasch (Perkumpulan Belanda Kuno) mendirikanMuseum End Batavia (Museum Belanda Kuno), yang merupakan suatu museum.
Periode Inggris
Pada periode ini museum berfungsi sebagai lembaga penasihat pemerintah.
NamaBataviaasch Genootschap von Kunsten en Westenschappen diganti menjadi
Batavian Society of Arts an Sciences ( Perkumpulan Seni dan Ilmu Pengetahuan
Orang-orang Batavia ). Didirikan oleh Raffles.
Pada masa ini preranan museum semakin berkembang. Selain itu juga pengelola museum mengadakan penerbitan dimana penerbitan ini kemudian bekerjasama dengan lembaga-lembaga di luar negeri. Museum juga digunakan oleh para ahli sebagai pusat pertemuan para orientalis, yaitu ilmuwan yang tertarik pada masalah-masalah atau ilmu-ilmu ketimuran.
Pada masa ini preranan museum semakin berkembang. Selain itu juga pengelola museum mengadakan penerbitan dimana penerbitan ini kemudian bekerjasama dengan lembaga-lembaga di luar negeri. Museum juga digunakan oleh para ahli sebagai pusat pertemuan para orientalis, yaitu ilmuwan yang tertarik pada masalah-masalah atau ilmu-ilmu ketimuran.
Periode Indonesiasi
Indonesia merdeka, para penyandang dana meninggalkan Indonesia museum terbengkalai. Untuk memulihkan kembali
peran museum, pada tahun 1950 museum diubah menjadi Lembaga Kebudayaan
Indonesia. Teknologi meningkat dan arus komunikasi lancar, sehingga budaya
asing masuk dengan cepat. Untuk menanggulangi pengaruh budaya asing yang negatif,
pemerintah Republik Indonesia membentuk Jawatan Kebudayaan di Yogyakarta.
Jawatan Kebudayaan merupakan satu organisasi Kementriaan Pendidikan, Pengajaran
dan Kebudayaan.
Pada tahun 1975,di Jawatan Kebudayaan ini ditambah satu unit kerja
yaitu Urusan Museum yang bertugas untuk membina dan mengembangkan permuseuman.
Tahun 1964 Urusan Museum membawahi Lembaga Museum-museum Nasional.
Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah
bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains,
terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280
SM. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia
semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.
Museion merupakan sebuah bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Seni
dan llmu Pengetahuan.
Salah satu dari sembilan Dewi tersebut ialah: MOUSE, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.
dari berbagai sumber
Salah satu dari sembilan Dewi tersebut ialah: MOUSE, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus. Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat pemujaan Dewa Dewi.
dari berbagai sumber