BOEDI OETOMO DAN SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL
Oleh: Fitri susanto
Sejarah Kebangkitan Nasiional, Hidup dengan kemiskinan, penuh penderitaan dan kebodohan merupakan dampak
dari sistem kolonialisasi yang diterapkan oleh pihak Belanda dalam upaya
menguasai bangsa Indonesia
yang berlangsung lebih dari tiga abad. Keadaan inilah yang kemudian mendorong
Dr. Wahidin Soedirohoesodo untuk membentuk dana pendidikan yang diperuntukkan sebagai
pembiayaan pendidikan bagi kaum bumi putera.
Karena usaha tersebut belum berhasil dengan baik, maka Dr. Wahidin
Soedirohoesodo berupaya mencari cara
lain untuk mewujudkan kecerdasan bangsa guna meningkatkan usaha mengejar
ketertinggalan Indonesia
dari bangsa lain. pada saat beliau berceramah di kampus STOVIA beliau
menekankan pentingnya suatu perhimpunan dikalangan pelajar guna meningkatkan
usaha mengejar ketertinggalan Indonesia
dari bangsa lain. Hal tersebut mendapatkan tanggapan positif dari kalangan
mahasiswa STOVIA sehingga pada hari sabtu tanggal, 20 mei 1908 Dr. Wahidin
Soedirohoesodo dan kawan-kawannya: M. Soeradji, M. Muhammad Saleh, M. Soewarno,
M. Goenawan dan yang lainnya berkumpul di ruang kuliah anatomi. Dari sinilah
kemudian disepakati nama “Boedi Oetomo” (BU) sebagai nama organisasi yang baru
saja mereka dirikan. Tujuan Boedi Oetomo adalah mengusahakan persatuan kaum bumi
putera dan menciptakan kemajuan Hindia
yang harmonis bagi nusa bangsa. Para tokoh Boedi
Oetomo berpendapat bahwa tujuan tersebut dapat dicapai melalui usaha, antara
lain dengan memajukan pendidikan, teknik industri, pertanian, peternakan dan perdagangan,
serta menghidupkan kembali kebudayaan sendiri.
Konggres perdana Boedi
Oetomo diadakan di jogjakarta tepatnya
pada tanggal 3 oktober - 5 oktober 1908 di Kweekschool (Sekarang SMA 11
Yogyakarta). Hasil dari kongres pertama Boedi Oetomo antara lain: BU tidak
berpolitik; Kegiatan BU ditujukan pada bidang sosial, budaya, dan pendidikan;
Ruang gerak BU terbatas pada Jawa dan Madura; dan Tirto Kusumo (Bupati
Karanganyar) dipilih sebagai ketua BU pusat.
Boedi oetomo telah menjadi
pelopor menghidupkan nilai-nilai kesadaran persatuan, menggugah semangat
perjuangan, serta membangkitkan pergerakan nasional. Mulai dari organisasi
inilah kemudian semangat perjuangan bangsa Indonesia
berkobar dan semakin besar. Berdirinya organisasi-organisasi lain baik yang bergerak
di bidang sosial maupun politik serta ikrar sumpah pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928 tidak dapat terlepas kaitannya dengan peran Boedi Oetomo. Sehingga
wajar bila tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari kebangkitan nasional guna
mengingat peran penting Boedi Oetomo sebagai pelopor organisasi nasional di
Indonesia serta perannya dalam mengobarkan semangat juang bangsa Indonesia dalam
upaya membebaskan diri dari keterbelakangan dan penjajahan.
Setelah hamper 104 tahun kebangkitan
nasional, kini kita temui fenomena di Indonesia
yang sangat memprihatinkan, kondisi bangsa Indonesia
kiranya telah melenceng jauh dari nilai-nilai kebangkitan nasional. Tawuran
antar pelajar yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, pertikaian antar suku,
ras, maupun golongan yang mengakibatkan kerusakan insfrastruktur maupun
jatuhnya korban jiwa mencerminkan lunturnya persatuan dan kesatuan bangsa yang
secara tidak langsung juga melunturkan nilai dan sikap nasionalisme. Permasalahan-permasalah
kecil dengan mudah memicu pertikaian besar yang berakibat pada kerusakan maupun
korban jiwa. Bahkan akhir-akhir ini pertikaian tidak hanya terjadi pada
kalangan rakyat umum, namun juga telah terjadi pada golongan atau oknum yang
seharusnya menjadi pengayom dan contoh bagi masyarakat umum. Nilai-nilai
kebangkitan nasional yang diperjuangkan oleh para pendahulu kita dalam
mengupayakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta mengantarkan kita terbebas
dari penjajahan kini harus ternodai dengan banyaknya perpecahan. Jika hal ini
dibiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan perpecahan tersebut berdampak
negative terhadap keutuhan NKRI.
Dengan melihat
fenomena-fenomena tersebut maka semangat dan nilai-nilai kebangkitan nasional
harus lebih gencar kita tanamkan pada diri kita masing-masing guna memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa, serta mempersiapkan diri dalam menghadapi arus
globalisasi yang semakin hari semakin mengancam keutuhan NKRI. Dengan momentum
104 tahun kebangkitan nasional sangatlah tepat bagi kita untuk kembali
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, dan meningkatkan sikap serta
nilai-nilai nasionalisme sehingga keutuhan bangsa Indonesia tetap terjaga dengan
kokoh dalam bingkai NKRI serta mampu mengantarkan bangsa Indonesia untuk mengejar
ketertinggalan dari bangsa lain.