Jika kita ditanya tentang sejarah berdirinya kerajaan majapahit tentunya sudah hafal di luar kepala. Namun jika kehidupan sosial kerajaan majapahit yang ditanyakan tentu saja kita perlu belajar lebih cermat lagi terkait dengan perjalanan sejarah kerajaan maritim yang pernah berkuasa di hampir seluruh nusantara.
Kerajaan majapahit berdiri bukan tanpa modal, melainkan memiliki garis keturunan dari kerajaan singasari yang sempat dipora-porandakan oleh serangan Jayakatwang. Sebagai menantu dari Kertanegara yang berkuasa di kerajaan Singasari tentu Raden Wijaya sedikit banyak memiliki banyak pengalaman yang didapatkan nya dari raja terakhir singasari. Hal ini yang kemudian menjadikan pemerintahan kerajaan majapahit berkembang cukup pesat baik dalam kekuasaan maupun kehidupan sosial kerajaan majapahit.
Stratifikasi sosial pada masyarakat majapahit memang terlihat cukup jelas pada masa tersebut. Kasta yang dikenalkan oleh ajaran Hindu Budha masih terlihat sangat mencolok pada era majapahit berkuasa. Adapun stratifikasi sosial masyarakat pada masa tersebut terbagi dalam 4 kasta yakni kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, dan golongan sudra.
Selain dari keempat golongan tersebut majapahit juga mengenal golongan yang berada di luar stratifikasi sebagaimana dikenal oleh masyarakat India dan menduduki golongan masyarakat paling bawah. Adapun golongan di luar keempat kasta ialah candala, teccha, serta mleccha.
Jika pada era modern seperti saat ini kita mengenal pajak dan zakat dalam islam, maka kehidupan masyarakat majapahit juga mengenal istilah tersebut dengan sebutan derma yang harus mereka bayarkan kepada Brahmana yang nantinya akan dibagikan kepada orang lain guna mencapai kesempurnaan.
Selain terdiri dari keturunan raja, golongan ksatria juga terdiri dari beberapa bangsawan yang juga memiliki kedudukan dalam sistem pemerintahan kerajaan majapahit. Pada masa lalu sistem pemerintahan kekuasaan wilayah juga di terapkan guna mempermudah penyampaian kebijakan raja terhadap seluruh rakyat di bawah kekuasaannya. Mereka tentu saja memiliki hubungan yang cukup dekat dengan para keturunan raja yang kemudian dikenal sebagai parawangsya.
Dalam struktur kehidupan sosial kaum waisya memang tidak banyak berperan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh raja. Namun setidaknya mereka tidak terikat kepada kaum di atasnya kecuali pembayaran upeti dan pajak.
Namun demikian masih terdapat lagi golongan diluar keempat kasta tersebut sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas tentang candala, mleccha, dan tuccha. Dalam suatu kesempatan mereka disebut pula dengan pancama yakni diluar 4 golongan masyarakat. Sebutan ini diberikan kepada mereka keturunan orang-orang sudra yang menikah dengan orang dari kasta lain.
Para pancama ini benar-benar tidak memiliki peran penting dalam kehidupan sosial kerajaan majapahit. Mereka hanya diperbolehkan untuk bergaul di lingkup keluarga saja. Lebih-lebih jika pancama tersebut merupakan seorang wanita, ia hanya diperbolehkan untuk mengabdi kepada sang suami bahkan tidak diperbolehkan bergaul meskipun sekedar bercakap dengan lawan jenis di luar keluarganya.
Dari uraian di atas dapat kita tarik benang merah terkait dengan kerajaan Majapahit. Dalam aspek sosial kelompok masyarakat dibagi atas dasar keturunan dan pekerjaan. Semoga uraian singkat di atas dapat memberikan informasi tentang kehidupan sosial kerajaan majapahit.
Kerajaan majapahit berdiri bukan tanpa modal, melainkan memiliki garis keturunan dari kerajaan singasari yang sempat dipora-porandakan oleh serangan Jayakatwang. Sebagai menantu dari Kertanegara yang berkuasa di kerajaan Singasari tentu Raden Wijaya sedikit banyak memiliki banyak pengalaman yang didapatkan nya dari raja terakhir singasari. Hal ini yang kemudian menjadikan pemerintahan kerajaan majapahit berkembang cukup pesat baik dalam kekuasaan maupun kehidupan sosial kerajaan majapahit.
Stratifikasi sosial pada masyarakat majapahit memang terlihat cukup jelas pada masa tersebut. Kasta yang dikenalkan oleh ajaran Hindu Budha masih terlihat sangat mencolok pada era majapahit berkuasa. Adapun stratifikasi sosial masyarakat pada masa tersebut terbagi dalam 4 kasta yakni kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya, dan golongan sudra.
Selain dari keempat golongan tersebut majapahit juga mengenal golongan yang berada di luar stratifikasi sebagaimana dikenal oleh masyarakat India dan menduduki golongan masyarakat paling bawah. Adapun golongan di luar keempat kasta ialah candala, teccha, serta mleccha.
Brahmana
Golongan Brahmana dikenal sebagai salah satu stratifikasi tertinggi yang diberikan bagi para kaum pendeta. Adapun tugas mereka yakni terkait dengan ajaran religi seperti memberikan pelajaran, melakukan sebuah acara sesaji sebagai wujud persembahan dari mereka sendiri maupun orang lain.Jika pada era modern seperti saat ini kita mengenal pajak dan zakat dalam islam, maka kehidupan masyarakat majapahit juga mengenal istilah tersebut dengan sebutan derma yang harus mereka bayarkan kepada Brahmana yang nantinya akan dibagikan kepada orang lain guna mencapai kesempurnaan.
Ksatria
Golongan ksatria terdiri dari mereka para keturunan raja yang biasanya mewarisi kedudukan dan tahta. Dalam kehidupan sosial kerajaan majapahit tentu saja mereka memiliki peran penting dalam menjalankan sistem pemerintahan semenjak masih muda.Waisya
Para pengusaha pribumi seperti mereka para pedagang serta petani termasuk dalam golongan Waisya. Dari para waisya inilah sebenarnya perekonomian kerajaan majapahit bertumpu selain dari pendapatan upeti atau pajak daerah.Dalam struktur kehidupan sosial kaum waisya memang tidak banyak berperan dalam kebijakan yang dikeluarkan oleh raja. Namun setidaknya mereka tidak terikat kepada kaum di atasnya kecuali pembayaran upeti dan pajak.
Sudra
Kasta sudra memang tergolong sebagai masyarakat yang tertindas, dimana mereka diharuskan mengabdikan dirinya kepada kaum yang lebih tinggi seperti golongan ksatria, waisya, dan brahmana.Namun demikian masih terdapat lagi golongan diluar keempat kasta tersebut sebagaimana yang telah kita sebutkan di atas tentang candala, mleccha, dan tuccha. Dalam suatu kesempatan mereka disebut pula dengan pancama yakni diluar 4 golongan masyarakat. Sebutan ini diberikan kepada mereka keturunan orang-orang sudra yang menikah dengan orang dari kasta lain.
Para pancama ini benar-benar tidak memiliki peran penting dalam kehidupan sosial kerajaan majapahit. Mereka hanya diperbolehkan untuk bergaul di lingkup keluarga saja. Lebih-lebih jika pancama tersebut merupakan seorang wanita, ia hanya diperbolehkan untuk mengabdi kepada sang suami bahkan tidak diperbolehkan bergaul meskipun sekedar bercakap dengan lawan jenis di luar keluarganya.
Dari uraian di atas dapat kita tarik benang merah terkait dengan kerajaan Majapahit. Dalam aspek sosial kelompok masyarakat dibagi atas dasar keturunan dan pekerjaan. Semoga uraian singkat di atas dapat memberikan informasi tentang kehidupan sosial kerajaan majapahit.